Rabu, Oktober 31, 2012

Kakek Tua dan Bersahaja Berdagang Asongan

Apa yang anda rasakan pertama kali melihat foto ini? Pernahkah Anda membayangkan apa yang anda lihat di foto ini adalah ayah anda? Mungkin kakek anda? Entahlah, siapapun dia, hanya ada satu jawaban untuk menggambarkan kehidupan seorang bapak yang berprofesi sebagai pedagang asongan di usianya yang sudah lanjut ini, memprihatinkan. Dengan jalannya yang sudah tergopoh - gopoh, hampir jatuh karena keseimbangan tubuhnya tidak kuat menahan tipisnya tulang belulang di telapak kaki sebagai penyangga beban tubuhnya. Menjinjing plastik tipis berisikan tisu untuk menyeka keringat yang dijual dengan harga Rp. 1000.- Di tangan lainnya tergenggam beberapa buah kipas angin dengan harga yang sama. Menyusuri satu gerbong ke gerbong lainnya. Dari satu kereta ke kereta lainnya.
Untuk berdiri dari lipatan duduknya saja asongan yang seharusnya menikmati masa tuanya ini dengan menimang cucu sudah tidak mampu menahan beban di tubuhnya. Sesekali tatapan matanya menatap kosong ke kejauhan. Semangatnya merupakan contoh positif untuk generasi muda penerus bangsa yang telah terkurung oleh gaya hidup hedonisme. Siapa yang tahu dan bisa menebak usia bapak ini? 70 tahunkah? atau 75 tahun? Mungkin sampai 80 tahun? Entahlah, karena untuk berkomunikasi saja sangat sulit. Panggil saja Abah, sebagai penghormatan kita kepada beliau. Beliau menjadi salah satu bukti kegagalan pemerintah dalam mensejahterakan perekonomian masyarakatnya. Justru, Golongan Tertentu dan bangsa asing lainnya yang menikmati kemerdekaan di negeri ini.
Sejak Ignasius Jonan menjadi Direktur Utama (Dirut) PT. Kereta Api Indonesia (Persero), semua kebijakannya terindikasi bermuka dua. Di satu sisi menawarkan obat, di sisi yang lain terdapat racun mematikan. Sikap kepala batu dan enggan menerima masukan dari pedagang asongan merupakan arogansinya sebagai penguasa kereta api. Padahal, masukan yang ditawarkan pedagang asongan bukanlah solusi biasa, melainkan solusi yang solutif. Melalui artikel "Seandainya Aku Direktur Utama (Dirut) PT. Kereta Api Indonesia (Persero)" asongan telah memberikan kontribusi nyata untuk mengatasi permasalahan klasik tersebut. Bercerminlah Jonan, jika Mr. jonan benar - benar sebagai abdi negara yang memiliki jiwa nasionalisme dan menghormati pribumi asli bangsa Indonesia yang sejak jaman dahulu melalui nenek moyang kami bersama - sama membangun sarana dan prasarana infrastruktur perkeretaapian di Indonesia, mulai dari pembangunan jalan rel kereta api, terowongan, stasiun, sampai pegawainya yang saat itu belum mengenal seragam dan gaji yang layak seperti saat ini. Sebagai anak cucunya, biarkanlah kami untuk mencari nafakah di dalam kereta api, kereta api kelas ekonomi. Sementara itu, untuk pemerintah yang telah diberikan kepercayaan oleh masyarakat, lihatlah potret penderitaan kami, jangan menjadi pengkhianat bangsa yang menari diatas penderitaan rakyatnya. (*) PAKKA JABAR

Rabu, Juni 06, 2012

Lokomotif BB 300


Lokomotif BB300 adalah lokomotif diesel tipe hidrolik yang dibeli dari pabrik Krupp (Jerman) dan mulai didinaskan pada tahun 1958. Lokomotif ini didatangkan oleh DKA (Djawatan Kereta Api) sebanyak 17 unit pada tahun 1958 dan 13 unit pada tahun 1959 untuk menggantikan peran lokomotif-lokomotif uap yang memiliki kecepatan maksimum 75 km/jam (seperti lokomotif uap B13, B51, BB10, C27). Lokomotif ini mampu beroperasi di jalan rel kategori kecil (tipe R25 atau R33).

BB300 merupakan salah satu perintis modernisasi lokomotif di Sumatra Utara dan Sumatra Barat, walaupun saat ini sudah tidak ada lagi BB300 yang beroperasi di kedua wilayah tersebut. Lokomotif ini digunakan untuk menarik gerbong barang atau kereta penumpang pada rute jarak pendek. Lokomotif BB300 tersebar di pulau Jawa dan  pernah beroperasi pada rute Merak – Rangkasbitung – Tanah Abang, Banjar – Maos – Kroya, Cilacap – Maos – Kroya, Banjar – Cijulang, Semarang Poncol – Demak – Blora – Cepu, Solo Purwosari – Wonogiri, Kutoarjo – Purworejo, Surabaya Kota – Malang – Blitar, Jember – Panarukan – Banyuwangi dan Yogyakarta – Magelang.

Secara umum, lokomotif BB300 memiliki bentuk yang klasik dan bahkan bentuk seperti ini masih dipergunakan untuk lokomotif kategori sedang di Eropa. Bentuk lokomotif BB300 yang persegi sederhana, dengan lampu bulat yang diapit dua penutup semboyan. Lokomotif ini hanya memiliki 1 kabin masinis. Untuk spesifikasi teknis mesin, motor dieselnya bertipe (MB) 820 B – Maybach Mercedes Benz, berat 36 ton, daya 680 HP (horse power) dan dapat mencapai kecepatan maksimum 75 km/jam serta menggunakan transmisi hidrolik Krupp 2 WZLI - 15. Pada tahun 1984, dilakukan repowering pada lokomotif BB300. Tujuan repowering adalah untuk mengembalikan kinerja lokomotif seperti kondisi awal/baru dan memperpanjang masa pakai lokomotif.

Lokomotif BB300 memiliki keunggulan dapat digunakan pada jalan rel yang tergenang oleh air. Keunggulan lokomotif diesel tipe hidrolik adalah menggunakan mesin diesel hidrolik yang menghubungkan transmisi gardan (mesinnya di atas roda) ke roda gigi (gear box). Ini berbeda dengan lokomotif diesel tipe elektrik yang menggunakan tenaga motor (motor traksinya berada didekat roda). Lokomotif diesel tipe elektrik jika melewati genangan air akan mudah korsleting dan bisa macet saat melintas di jalan rel yang terkena banjir.

Karena keterbatasan suku cadang dan usia yang semakin tua, saat ini lokomotif BB300 hanya difungsikan untuk dinas langsir di Manggarai, Bandung, Kutoarjo, Solo Balapan dan Cepu. Dari 30 unit lokomotif BB300,
saat ini hanya tersisa 6 unit lokomotif BB300 yang masih siap operasi yaitu
BB 300 01 (Manggarai), 
BB 300 06 (Kutoarjo), 
BB 300 13 (Solo), 
BB 300 16 (Kutoarjo), 
BB 300 24 (Cepu) dan 
BB 300 29 (Solo).